hjonathans.com

View : 2606 kali


Khotbah
Jumat, 08 Juli 2016
PANGGILAN UNTUK MEMIMPIN 1 Samuel 10:1-9

Sudah tentu, kita tidak dapat menyamakan pemilihan atas Saul oleh TUHAN  untuk menjadi Raja Israel Raya itu sama dengan pemilihan atas Fungsionaris  Pimpinan Gereja.

Sistemnya pun berbeda, dahulu melalui Hakim/Imam  Samuel tetapi kini melalui Panitia Pemilihan. Kita harus maju lebih jauh dari sekedar hanya menyamakan peristiwanya. Kita harus mencatat dua hal yakni Peranan Roh Kudus dan apa yang harus dilakukan oleh Saul sebagai Raja kemudian. Rupanya tugas pertama adalah bernubuat, menjalankan tugas nabi.

Marilah kita mendalami apa yang telah terjadi? Mencari dan mendapatkan Calon Raja Israel yang pertama bukanlah perkara yang terlalu jelimet, seperti melalui perundangan yang mengatur semua hal itu secara amat teratur. Justru melalui hilangnya keledai, hewan angkut barang dan manusia yang amat berharga, maka dimulailah suatu upaya pencarian atas seseorang yang layak menjadi Raja Israel.

Saya jadi teringat bagaimana Presiden Joko Widodo terpilih bersama pasangannya, Drs Yusuf Kalla untuk menjadi Presiden RI dan Wakil Presiden RI. Saat itu keadaan Indonesia amat sulit, terutama mencari pemimpin yang dapat bertindak lurus, jujur, cepat mengatasi seluruh keadaan Indonesia yang sedang dihancurkan oleh Wabah Korupsi yang melanda dari Pusat sampai Daerah, dst. Di mana-mana ada korupsi. Apakah ada korupsi di Gereja? Bisa saja ada.

Tatkala itu seolah Saul bernyanyi :
(Melodi: Mana di mana anak kambing/k`ledai saya)

"Mana di mana, k`ledai ayah saya,
k`ledai ayah saya, kini harus kucari. 
Siapa, oh siapa, Raja di Israel?
Ya Raja Israel, ternyata diri saya.

Ref:
Mari bersukaria, mari kita rayakan,
sebabnya kini, Israel punya Raja,
Akankah ku menjadi , Raja yang Bijak nanti,
Raja yang dengar, apa kehendak Tuhan,
Raja tak korup, memberlakukan Syalom. (Bis).

Beberapa persiapan yang perlu dilakukan.
Tatkala Saul harus jutru mencari keledai hilang milik ayahnya. Temtu saja jangan anggap keluarga Kisy itu miskin. Punya keledai zaman itu sama dengan sebuah motor angkutan. Keledai amat berharga dan memiliki nilai ekonomis yang amat besar. Ayah Saul memiliki tanah yang amat luas dan dengan demikian kekayaannya tentu juga amat besar.

Di pihak lain ada juga yang sedang "looking for",atau sedang mencari seseorang untuk dijadikan Raja Israel. Hanya berbekal penugasan dari TUHAN , maka Hakim/Imam Samuel, pemimpin Israel itu melakukan pencarian tersebut.  Samuel membawa Saul justru menjauh dari keramaian.Lalu Samuel berkata :"Aku akan memberitahukan kepadamu segala sesuatu yang ada dalam hatimu. Tetapi siapakah yang memiliki segala yang dingini Israel? Bukankah itu ada padamu dan pada seluruh kamu keluargamu? Saul menjawab :"Bukankah aku seorang suku Benyamin, suku terkecil di Israel? Dan bukankah kaumku kaumku yang paling hina dari segala kamu suku Benyamin? Mengapa bapa berkata demikian kepadaku?".

Saya tak percaya bahwa Saul akan berbicara demikian. Bukankah ia memiliki semua persyaratan menjadi Raja Israel? Mengapakah ia harus menyampaikan pandangan seperti orang Jawa? Demikian kisahnya. Fatwa Leluhur Orang Jawa mengajarkan dilaksanakannya pemilihan seksama terhadap seorang Suami atau Istri. Fatwa itu kita kenal dengan Kriteria Bibit, Bebet dan Bobot. Untuk memilih menantu pria atau wanita , memilih suami atau istri maka yang berkepentingan sebaiknya memilih yang berasal :
Dari Benih (bibit) yang baik,
Dari Jenis (bebet) yang unggul,
Dan Nilai (bobot) yang tinggi atau berat. 

Saya tak dapat membayangkan bagaimana Saul sampai tidak memiliki Nilai Baik dalam Bibit, Bebet dan Bobot. Padahal kemudian Saul dalam 1 Samuel 9:2 dinyatakan adalah seorang muda yang elok rupanya;tidak ada seorangpun yang lebih elok dari padanya,:dari bahu ke atas ia lebih tinggi dari pada setiap orang sebangsanya. Ayahnya Kisy adalah seorang yang sangat kaya.  Keterlaluan bahwa Saul merendahkan semua pemenuhan kriteria untuk menjadi raja  tersebut sehingga ia pantas menjadi raja Israel.

Namun di atas semuanya itu, Saul tidak percaya akan suatu jenis predestinasi yang didukung oleh semua kebaikan bagi figur raja pertama Israel yang dipilih oleh TUHAN. Saul adalah Appointed Leader, Pemimpin yang ditinjuk oleh TUHAN. Tidak ada sistem pemilihan atau pencalonan beberapa orang dan kemudian penetapan menjadi raja, umpamanya. Kalaupun dikatakan ia adalah Pemimpin yang Dipilih Allah, maka pemilihannya dilakukan secara langsung oleh TUHAN. Hakim Samuel hanya harus menemukan Saul, lalu mengurapinya dengan minyak, tanda bahwa Saul adalah raja yang sah, sekarang disebut The Annointed Leader. (diurapi).

Bagi Saul, maka pemahkotaan sebagai raja merupakan tindakan politik untuk menjadikannya Raja sebagai Penguasa. Raja Israel harus juga diurapi. Dengan demikian pengurapan merupakan suatu tindakan spiritual, untuk menjadikan raja Saul sebagai wakil TUHAN bagi Umat-Nya itu. Raja Israel selalu diurapi oleh seorang Imam atau oleh seorang Nabi. Minyak urapan itu terbuat dari minyak zaitun, mur dan berbagai rempah-rempah yang mahal. Minyak urapan itu dituangkan ke atas kepala  sang Raja,  untuk menyatakan kehadiran dan kekuatan Roh Allah dalam hidup raja. Upacara Pengurapan bagi Raja dilakukan untuk mengingatkan Raja akan tanggung jawabnya yang besar untuk memimpin Umat milik Allah itu oleh hikmat Allah dan bukan dengan hikmatnya sendiri.

Apakah yang diperlukan  untuk mendapatkan  pimpinan gereja? Yang diperlukan adalah kehadiran dan pertolongan Tuhan. Adanya persiapan religius, manajerial dan kemampuan melaksanakan misi yang akan diemban sendiri dan bersama. Mereka adalah orang-orang yang merefleksikan  pola-pola religius pada zamannya. Calon pimpinan itu harus memiliki persekutuan yang erat dengan Tuhan. Mereka harus meminta pertolongan Tuhan bagi penugasan mereka  dengan kerendahan hati. Bagi sesuatu tugas atau fungsi yang sama sekali berada jauh di atas kemampuan kita, maka kita harus datang kepada Tuhan. Perspektif kita adalah   memohon pertolongan Tuhan. Kita dapat membuat Badan Penasihat atau Staf Ahli. Jangan penuh dengan pementingan diri serta menganggap diri mampu mengatasi semua hal.  Tentu ada calon yang amat percaya diri dan serius memiliki asumsi bahwa ia dapat melaksanakan kewajiban-kewajiban moral tersebut secara seksama. Jauh sebelum ia terpilih ia sudah mencanangkan bahwa orang nanti harus menghormati nya. Tetapi sejarah gereja mencatat banyak pemimpin dengan moralisme demikian justru akan gagal oleh sebab  memiliki visi yang terbatas. Bagaimana ia dapat mencapai visi Tuhan? 

Pemimpin tidak hanya harus membangun hubungan dengan Tuhan dalam mengemban tugasnya, tetapi ia harus menyadari bahwa ia harus berada dalam hubungan yang baik dan benar  dengan kolega atau kawan sejawat  lain.  Ia terhubung dengan kebutuhan dan harapan Umat Tuhan. Hanya dengan persiapan rohani yang besar itu, tanpa keterbatasan komitmen ia berpaling kepada Tuhan, kita percaya bahwa tugas yang dipercayakan kepadanya akan terlihat berupa perspektif yang jelas. Pemimpin demikian seolah-olah dibawa naik ke gunung yang tinggi dari mana ia dapat melihat dengan jelas tugas atau misi yang dipercayakan kepadanya seperti Tuhan melihatnya.

Ia sadar bahwa ia tak dapat menjalankan semua tugas itu sendirian, oleh sebab Tuhanlah yang akan menjadi Sahabat  seperjalanan baginya.     Para Pemimpin harus bekerja sebagai Satu Tim. Apabila Anda ingin memain kan  musik dengan sebuah alat musik sendirian,   lalu ingin menonjol dalam permainan musik itu, maka Anda harus terus mengedepankan keahlian dan harmoni yang dapat dicapai bersama. Pemimpin demikian harus belajar bahwa permainan alat musik dan peran dirinya.  Itu juga tidaklah cukup. Ia harus membangun sinergi dengan semua pemain dalam kelompok itu sehingga yang terdengar adalah musik suatu orkestra yang harmonis dan  terdengar indah.

Orang yang mau menjadi Fungsionaris suatu Badan Pimpinan Gereja harus juga menyadari bahwa dalam menerima tugasnya itu ia akan menjadi pribadi yang berbeda dengan pribadi sebelumnya. Firman Tuhan menyatakan:"Maka Roh TUHAN akan berkuasa atasmu, engkau akan kepenuhan bersama-sama dengan mereka,  dan berubah menjadi manusia lain". Setiap Fungsionaris akan memberikan dirinya dipimpin oleh Roh Kudus, dan Roh Tuhan akan akan memenuhinya untuk melaksanakan tugas yang baru itu. Mereka bukanlah produk dari masa silam mereka, apapun pengalaman kerja dan pelayanan mereka. Allah tatkala memilih dan menetapkannya akan juga menjadikannya seorang manusia yang lain, yang berbeda dari sebelumnya. Ia akan menjadi manusia yang dipenuhi kejujuran, memiliki integritas dan tersedia berhubungan dengan orang lain, dalam struktur atau di luar struktur.

Tatkala mereka memberi respons terhadap tantangan yang segar dan genting itu, maka di sana terbit  suatu penyataan yang  baru dan menggairahkan.

Dalam hubungan dengan sambutan Saul atas kehendak Imam Samuel untuk mengurapinya menjadi Raja Israel, maka kita melihat bahwa pribadi perintis di padang gurun itu muncul dengan konsep  tentang suatu komunitas yang bebas, di mana manusia dihargai bukan berdasar bagaimana kondisi kelahirannya, umpamanya apakah ia berasal dari keturunan yang memiliki B3 (Bibit, Bebet dan Bobot) yang dapat diandalkan Dapat saja dilihat bagaimana masa lalunya.  Tetapi ia akan dihargai oleh bagaimana ia bekerja dan persahabatan yang dijalinnya selama ia melayani dalam jabatan atau fungsi yang dipercayakan kepadanya. Ia menjadi berbeda dari apa yang dahulunya hanya diletakkan atas atas diri, keluarga, suku bangsanya bahkan bangsanya atau bahkan dunia, sebab ia menemukan dirinya berada dalam persekutuan dengan Tuhan. Itulah yang membuatnya menjadi Pejabat atau Fungsionaris yang berbeda dengan seluruh asal-usulnya bahkan masa launya.

Pejabat atau Fungsionaris ini meninggalkan kepuasan ketinggian hati dan merasa diri kecil  oleh sebab ia kini berhubungan dengan umat Tuhan orang, bukan dengan memperhitungkan keindahan pakaian mereka atau bagaimana megahnya rumah di mana mereka tinggal. Ia berhubungan dengan mereka oleh sebab mereka adalah orang-orang yang adalah Umat Allah.  They are the  people, God`s people. Dalam seluruh disiplin kerohaniannya dan fungsi pelayanannya Saul harus berada dalam kelompok nabi yang turun dari  bukit pengorbanan,  yang dengan gambus, rebana, seruling dan dan kecapi  di depan mereka, yang mengalami kepenuhan seperti nabi. Fungsi Raja Israel adalah juga untuk menyatakan kehendak Tuhan kepada Umat yang diperintahnya.  Di samping memerintah Gereja, atau melakukan pemerintahan gereja, ia harus juga bertindak sebagai nabi atau berada dalam kalangan nabi. Nabi menanggalkan semua bentuk keborosan materi dan gaya hidup yang extravaganza, dan yang penuh hiruk-pikuk keduniaan/ frenzy baik dalam kegiatan maupun dalam melakukan perjalanan-perjalanan yang sebenarnya tak begitu diperlukan. Tak usah diceritakan bagaimana Nabi itu amat anti korupsi atau kehidupan keluarga yang tidak harmonis. Rombongan nabi menunjukkan kehidupan yang sederhana, jauh dari kebisingan perayaan dan malah masuk dalam kesunyian ekstasi kenabian.

Persekutuan Saul dengan Tuhan menyebabkan Tuhan memberikan kepadanya suatu hati yang lain. Saul tidak ragu bergabung dengan para nabi itu dan mengambil bagian dalam praktek ekstasi mereka. Saul is among the prophets. Bagaimana mungkin? Seorang putera tampan yang tak ada bandingnya di Israel , putera seorang Pemilik Tanah  yang luas sehingga tentu sangat kaya justru bergabung dengan para nabi yang dalam berpakaiannya mengenakan pakaian yang kasar dan juga menyatakan dengan keras Firman Tuhan atau kehendak Tuhan kepada Umat Israel. Nabi bukanlah mundus extraordianrum atau pejabat luar biasa yang berperangai terlalu halus sehingga tak mau menyinggung perasaan orang lain. Terhadap siapapun, apakah ia raja atau orang kaya atau orang berpengaruh, pejabat Negara atau Agama, maka seorang   nabi menyatakan apa adanya Firman Tuhan dan tidak takut atau memperhitungkan untung ruginya menyatakan kehendak Tuhan itu. Ya, ia tidak takut kepada siapapun dan menyatakan kebenaran Firman Tuhan dalam keadaan apapun. Identifikasi inilah yang diharapkan dimiliki oleh seorang Fungsionaris Pimpinan Gereja.

Sudah pasti tatkala menjalankan tugasnya sehari-hari seorang nabi tidak berpakaian lengkap Jas, umpamanya. Untuk zaman Revolusi Mental ini Presiden Joko Widodo hanya berpakaian putih, lengan panjang yang sering digulung ke atas. Berbeda dengan presiden sebelumnya yang semua serba jas dan mewah, presiden kini hampir tak dapat dibedakan dengan orang banyak dalam berpakaian. Tentu para Fungsioanris mempunyai Hikmat Kepemimpinan atau Kegembalaan serta memelihara Kolegialitas Pelayan dalam tugas pelayanannya. Pakaian jabatan hendak menunjukkan siapa kita. Tetapi bukan hanya pakaian jabatan, tetapi tindakan kitalah yang menyampaikan dan menyimpulkan siapa diri kita, apakah adalah seorang Pelayan Tuhan atau Penguasa Gereja. Amin.
                 









Arsip Khotbah:

Jumat, 15 April 2022
PENYALIBAN YESUS, PARA PRAJURIT BERTUGAS SEPERTI BIASA, IBU YESUS DAN MURID-NYA YANG TERKASIH

Minggu, 20 Maret 2022
REFORMASI DAN KOLABORASI RAJA JOSAFAT - 2 Tawarikh 17:1-12

Minggu, 20 Februari 2022
PERSIAPAN JOSHUA MERAIH SUKSES - YOSUA 1:1-8

Minggu, 16 Januari 2022
UCAPAN BERBAHAGIALAH - Matius 5:1-10

Minggu, 19 Desember 2021
PARA UTUSAN PENGABARAN INJIL (Kisah 12:24-13:1-3)

Minggu, 19 Desember 2021
Mari kita naik ke gunung TUHAN, Sion. (Yesaya 2:1-5,54:10c)

Kamis, 24 Desember 2020
SEBAB BAGI ALLAH TIDAK ADA YANG MUSTAHIL - Lukas 1: 26-38

Minggu, 20 Desember 2020
MARIA's BEZOEK AAN ELISABET

Sabtu, 21 Nopember 2020
WIE IS JEZUS ? Hebreeen 1:1-4

Minggu, 15 Nopember 2020
IBADAH BERBAHASA BELANDA GPIB Jemaat Ora et Labora Serpong Minggu, 15 November 2020 (VIDEO YOUTUBE)

Arsip Khotbah..

Nama saya Hallie Jonathans. Saya lahir di Depok, pada tanggal 6 Juni 1945.

Setelah tamat STT Jakarta, saya berkecimpung dalam pelbagai kegiatan oikoumenis dan beberapa kegiatan kemasyarakatan. Kegiatan kegerejaan dilakukan secara penuh dalam sebagian besar level pekerjaan gerejawi.

Saya adalah Pendeta Emeritus GPIB, 01 Juli 2010 serta menjabat sebagai Ketua Badan Penasihat Gereja Preotestan di Indonesia (2010-2015).

Nama istri saya: Inneke Jonathans-Huwae. Saya lebih berorientasi ke depan, oleh sebab itu saya terfokus untuk berbagi dalam perkara hari ini dan hari esok.

Terpujilah Tuhan Yesus Kristus.