Khotbah Ratapan 1:1-22.
"YERUSALEM , GPIB, INDONESIA BAHKAN DUNIA MENANGIS"
Featuring : Elder Jacqueline Constantine Kirangen-Tungka.
Kita pasti semua mendengar lagu "Ku Lihat Ibu Pertiwi, sedang bersusah hati" yang dikatakan digubah oleh Ismail Marzuki , aslinya adalah lagu "What A Friend We Have in Jesus", ciptaan Joseph M. Scriven yang diciptakan pada tahun 1855 dan iramanya diciptakan Charles C. Converse tahun 1868.
Bait Pertama:
Kulihat ibu pertiwi
Sedang bersusah hati
Air matanya berlinang
Mas intannya terkenang
Hutan gunung sawah lautan
Simpanan kekayaan
Kini ibu sedang susah
Merintih dan berdoa
Bait Kedua:
Kulihat ibu pertiwi
Kami datang berbakti
Lihatlah putra-putrimu
Menggembirakan ibu
Ibu kami tetap cinta
Putramu yang setia
Menjaga harta pusaka
Untuk nusa dan bangsa
Ibu Pertiwi, dan bahkan Mother Earth, Ibu Bumi , adalah personifikasi dari Bumi atau Tanah Air yang bergender feminin.
Demikian kita kita lihat personifikasi Yerusalem sebagai Janda yang ditinggalkan mentah-mentah oleh para Suaminya dan juga adalah Ratu yang ditinggalkan oleh Para Raja Bangsa Fasik yang kepadanya Ratu ini setara, bahkan pernah menjadi sanjungan. Ratu ini kemudian hanya menjadi gadis pelayan, teman-temannya telah menjadi musuh-musuhnya. Anak-anaknya dibawa pergi ke dalam pembuangan, harta dan segenap miliknya dikuasai bangsa atau raja lain. Dahulu setara dalam koalisi pemerintahan, tetapi kemudian menjadi hamba Penguasa dan Bangsa lain.
Para dara atau gadisnya bersedih karena mereka tidak punya peluang menikah dan mempunyai keluarga, semua itu merupakan kegentingan yang hebat di Yerusalem. Anak-anaknya berjalan di depan tawanan sebagai tawanan.
Yerusalem menjadi Kota yang Menyedihkan, Kota yang Menangis, The Weeping City. Pada malam hari Yerusalem menangis tersedu-sedu, air matanya bercucuran di pipi. Bagaimana tidak, dari semua kekasihnya tak ada seorang pun yang menghibur dia. Dalam politik tidak ada persahabatan abadi, yang adalah adalah kepentingan masing-masing, bahkan bila perlu saling mengkhianati. Negara berlambang sekular maupun religius tetap saja memelihara perangai khianat dan tega meninggalkan atau mengorbankan Negara yang dahulu adalah sahabatnya.
Yerusalem atau Yehuda, Israel, tak dapat menyaingi kebesaran Mesir, Asyur dan Babel, maka mereka mengalami pembuangan yang kejam.
Nabi Yeremia, Nabi yang Menangis, The Weeping Prophet, menangisi Yerusalem yang kemudian menjadi sepi dan kesepian, terluka, patah dan tanpa harapan. Ketika Yeremia berjalan melalui kota itu yang dahulunya sangat mulia, kemudian diratakan oleh pasukan Babel.
Yerusalem, ya penduduknya tak dapat menghindar dari kehancurannya, sebab ia telah menyembah berhala-berhala di Bait Suci Allah yang Maha Kudus. Ia telah mencemarkan tempat peribadahan kepada YAHWEH.
Terkenanglah Yerusalem pada hari-hari sengsara dan penderitaannya, akan segala harta benda yang dimilikinya dahulu kala; tatkala penduduknya jatuh ke tangan lawan, dan tak ada penolong baginya. Para lawan memandangnya dan tertawa karena keruntuhannya.
Yerusalem sangat berdosa, sehingga najis adanya, semua yang dahulu menghormatinya, sekarang menghinanya, karena melihat telanjangnya; dan dia sendiri berkeluh- kesah dan memalingkan mukanya. (Ratapan 1:7 dan 8).
Kehancuran Yerusalem merupakan akibat penghakiman Tuhan atasnya oleh karena banyak dosa dan pemberon takannya yang berkelanjutan.
Karena melupakan TUHAN, tidak setia kepada Tuhan, bahkan meninggalkan Tuhan maka Ibu Kota Negara Israel, Yerusalem dimusnahkan oleh Yahweh atau TUHAN. Umat Yehuda musnah total, Bait Allah dimusnahkan, dan tawanan itu dibuang ke Asyur dan Babel.
Kepada siapakah Yerusalem akan berpaling? Tidak satu bangsa pun atau Raja Asing yang telah berhubungan dengannya sudi menolong atau menghibur mereka. Tak ada yang mau memberikannya sedikit kenyamanan. Bukankah mereka juga telah mencari kenyamanan yang salah dengan berbakti kepada para dewa asing yang mereka tempatkan di Bait Suci YAHWEH?
Yahweh menghukum mereka dengan sangat. Ia mengirim api masuk kedalam tulang-tulang bangsa Yehuda itu. Dihamparkannya jaring di muka kakinya, didesak-Nya bangsa itu mundur. Segala pelanggarannya menjadi kuk yang berat yang dijalin oleh tangan Tuhan, ditaruh di atas tengkuk mereka, sehingga melumpuhkan mereka.
C.S. Lewis menyatakan:"God whispers to us in our pleasures, speaks in our conscience, but shouts in our pain". Allah berbisik kepada kita dalam kesenangan-kesenangan kita, berbicara dalam hati nurani kita, tetapi berteriak dalam kesakitan kita!".
Dari ayat 13 sampai 16, kita melihat murka TUHAN yang terus terang terhadap umat-Nya itu, terhadap Yerusalem.
Ayat 17 menggambarkan seluruh kehatuhan Yerusalem:
"Sion mengulurkan tangannya, tetapi tak ada yang menghiburnya, Terhadap Yakub dikerahkan TUHAN tetangga-tetangganya sebagai lawan, Yerusalem telah menjadi najis di tengah-tengah mereka".
Pada ayat 18 disimpulkan sebab kesedihan yang dialami oleh Yerusalem : "TUHANlah yang benar, karena aku telah memberontak terhadap firman-Nya".
Apakah yang harus kita lakukan tatkala kita juga mengalami penderitaan Yerusalem menurut skala pelanggaran kita terhadap kehendak Tuhan Yesus Kristus?
1. Kita harus datang kepada Tuhan Yesus sebab Ia bersabda:"Marilah kepada-Ku semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang, dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati, dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak, dan beban-Ku pun ringan" (Matius 11:28-30).
2. Pada Minggu-minggu Prapaskah ini atau lebih dikenal Minggu-minggu Sengsara Yesus Kristus , kita melihat sengsara Yesus Kristus yang akhirnya disalibkan. Bacaan-bacaan kita sepanjang Prapaskah ini juga kurang menggunakan perikop dan ayat yang menunjukkan penderitaan Yesus Kristus yang akhirnya disalibkan bagi penebusan dan pendamaian kita kepada Allah Bapa. (Saya rasa kita harus merubah Daftar Bacaan SBU dalam Minggu-minggu Prapaskah menjadi perikop dan ayat yang menggambarkan tentang Yesus Kristus dan sengsara-Nya, penderitaan-Nya sampai kematian-Nya bagi pengampunan dosa kita).
3. Penyia-nyiaan terhadap Yesus Kristus yang tergantung di salib itu digambarkan dalam reaksi manusia yang melihat-Nya tersalib itu; dinyatakan dalam ayat 12:"Acuh tak acuhkah kamu sekalian yang berlalu? Pandanglah dan lihatlah apakah ada kesedihan seperti kesedihan yang ditimpakan TUHAN kepadaku? /kepada-Ku? Untuk membuat aku/Aku merana tatkala murka-Nya menyala-nyala!" Secara pribadi dan Keluarga bahkan Gereja seberapa jauhkah kita tahu atau peduli tentang sengsara, penderitaan Yesus Kristus bagi kita? Bukankah penyaliban-Nya dan kematian-Nya menyelamatkan kita?
4. Kita harus meninggalkan masa lalu yang gelap dan mengerikan itu.
Janganlah kita mengasihi dunia dengan keinginan daging, keinginan mata serta keangkuhan hidup, yang semuanya bukanlah berasal dari Bapa tetapi dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah akan hidup selama-lamanya.(1 Yohanes 2:15-17). ii.Janganlah kita menjadi seperti Demas. Demas telah mencintai dunia ini dan meninggalkan aku, kata Rasul Paulus dalam 2 Timotius 4:10. iii.Jadilah seperti Musa, "yang setelah dewasa menolak disebut anak puteri Firaun, karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa. Ia menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada upah" ( Ibrani 11:24-26).
5. Kita harus dapat melihat melampaui hari ini.
Seperti Abraham, ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun Allah. (Ibrani 11:10). Hari ini dunia kita dinaungi kegelapan dan pertikaian, pelbagai soal berat dari ekonomi sampai keamanan bahkan peperangan dan penyakit. Kita harus membangun hari esok yang indah bagi umat manusia. Lihat dan dengarlah apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus Kristus dalam Lukas 4:18-19. "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin, dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang. (Lukas 4:18-19, Yesaya 61:1-2.).
6. Kita harus hidup bagi Masa Depan.
Dalam Yesaya 65:17-18 TUHAN menyatakan:"Sebab sesungguhnya Aku menciptakan langit dan bumi yang baru; hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi, dan tidak akan timbul dalam hati. Tetapi bergiranglah dan bersorak-sorak untuk selama-lamanya atas apa yang Kuciptakan, sebab sesungguhnya, Aku menciptakan Yerusalem penuh sorak-sorak dan penduduknya penuh kegirangan". Hal ini dinyatakan juga dalam Wahyu 21:1,2 : "Aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, laut pun tidak ada lagi. Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya". The bright and shining bride is the personification of the heavenly Jerusalem. (Revelation 21:12). Tuhan Yesus menyatakan:"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikuti Aku, akan duduk juga di atas kedua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel".Apakah suatu penciptaan kembali atau sekedar suatu renovasi? Dalam 2 Petrus ayat 10-13 disampaikan tentang Hari Tuhan yang intinya adalah sama, penghakiman dan penciptaan langit dan bumi yang baru. "Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran"(2 Petrus 3:13). Apakah yang harus kita lakukan? Kita harus menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah !. (2 Petrus 3:12). Apakah kita akan mencapai Indonesia Emas pada Seratus Tahun Setelah Proklamasi Kemerdekaan, yakni di tahun 2045? Apakah setelah KUPPG Jangka Panjang Pertama tahun 2026 ataukah 2046, berhasil membangun Damai Sejahtera bagi segenap ciptaan-Nya?.Dengan berdoa dan bekerja oleh pimpinan dan hikmat Tuhan kita merealisasikannya. Kita harus hidup bagi masa depan itu.
APAKAH YANG KITA ALAMI KINI?
1. Kita terkejut mendengar dan melihat nyata apa yang terjadi setelah Persidangan Sinode Tahunan (PST) 2020 di Bogor akhir Februari lalu.PST Bogor telah menjadi salah satu Cluster Ketiga di Jawa Barat dalam hal merebaknya Covid 19. Beberapa Pendeta, pelayan firman dan sakramen, telah dimuliakan Tuhan. Juga beberapa Penatua ini juga dimuliakan Tuhan setelah PST itu. Gereja Menangis. GPIB Berduka, GPIB Menangis. Keluarga para Mutabir itu Bersedih, Menangis kehilangan mereka. Kita semua Berduka, kita semua Menangis. Kita mengenang jasa dan juang mereka dengan penuh kasih dan kita tahu bahwa kini mereka berada di mana Tuhan Yesus berada.Berdoalah bagi peserta PST Bogor di mana pun berada. Semoga mereka terdeteksi apakah mereka terserang virus ataukah tidak. Pemantauan dan penyembuhan diperlukan.
2. Indonesia Menangis, Bahkan Dunia Menangis.
Covid 19 menyerang dengan ganas dan cepat. Dari Wuhan sampai di Indonesia, ke Italia, Amerika Serikat, Spanyol, Iran dan berbagai Negara lain. Dunia Menangis. Pemerintah RI melakukan segala sesuatu untuk menghentikan rapid growth of the Covid 19. Berbagai langkah diambil Para Pemimpin Dunia untuk menghentikannya. Menjaga Jarak yang membuat virus itu tak dapat menular atau bermutasi dari seorang kepada yang lain. Rapid Protection, Rapid Test based by Rapid Social and Spiritual Convertion by loving each other and protecting each other! ( Perlindungan yang Cepat, Pengujian yang Cepat kiranya didasarkan pada Pertobatan Sosial dan Rohani yang Cepat dengan Saling Mengasihi dan Saling Melindungi dalam Gereja, Masyarakat dan Dunia).
3. Tekad kita semua adalah : "Aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri pada apa yang di hadapanku dan berlari-lari kepada tujuan, untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus".
4. Panggilan untuk meninggalkan masa lalu yang gelap, menghentikan Covid 19, mengatasi kelumpuhan ekonomi dan membangun damai sejahtera / shalom yang sungguh di Gereja, Masyarakat dan Dunia harus kita lakukan, siapa pun kita.
Amin.