Kita segera menangkap drama yang paling umum dalam pembentukan suatu Negara seperti Israel Bersatu saat itu. Sama dengan kejadian di luar Israel Bersatu yang berlaku sampai saat ini, kita selalu bertemu dengan drama perebutan kekuasaan sebagai Panglima Perang atau Tentara yang akan berkuasa dalam waktu yang panjang kemudian.
Sama sekali tak terdapat kata-kata Panglima Abner ( arti namanya:dari hal terang) yang perlu menjadi dasar khotbah kita. Sebab baik Panglima Abner maupun Panglima Yoab (arti namanya:Yehova itu Bapa), sama-sama mempunyai kelemahan. Kelemahan mereka adalah bahwa mereka tidak bergantung pada Allah tetapi kepada keinginan, ambisi dan perhitungan politik yang dilakukannya. Semua kalkulasi itu lengkap dengan tindakan pembunuhan seperti yang dilakukan oleh Panglima Yoab terhadap Panglima Abner tatkala mereka berjumpa hendak menyelesaikan masalah mereka.
Sekali lagi, semua yang mereka katakan adalah kehendak hati mereka tanpa melibatkan Allah. Satu-satunya firman yang patut kita renungkan adalah 2 Samuel 3:18, di mana dinyatakan firman Tuhan tentang Daud, demikian:"Dengan perantaraan hamba-Ku Daud, Aku akan menyelamatkan umat-Ku Israel dari tangan orang Filistin dan dari tangan semua musuhnya".(1 Samuel 18:27).
Panglima Abner telah melayani Raja Saul.Panglima Abner adalah putera dari Ner, paman dari Raja Saul, dengan demikian mereka adalah saudara sepupu. Setelah kematian Raja Saul dan Yonatan,(lihat 2 Samuel 1:23) Panglima Abner mengangkat putera termuda Raja Saul menjadi Raja atas Kerajaan Utara. Jelas bahwa Panglima Abner mempunyai pengaruh dan kekuasaan yang besar. Ia adalah orang yang berkemampuan dan banyak akal. Namun ia adalah seorang yang dihanyutkan oleh keinginan-keinginannya sendiri. Panglima Abner hidup tanpa Allah. Cara hidupnya yang tanpa Allah itulah yang perlu diselidiki oleh kita. Untuk apa? Untuk menarik pelajaran bahwa tanpa menyertakan Allah sehingga hanya tergantung pada diri-Nya untuk melakukan kebajikan dan kebijakan.
Panglima Abner jelas makin mendapat pengaruh di antara keluarga Saul.(ayat 6). Dalam percakapannya dengan Raja Isboset, tentang penghampirannya terhadap gundik Raja Saul yang bernama Rizpa,(arti namanya :bara panas), Abner justru semakin menunjukkan kebanggaannya, bahwa ia berhak melakukan apa saja menandingi Raja Saul. Ia setingkat,bahkan Abner mampu memindahkan kerajaan dari keluarga Saul dan mendirikan takhta kerajaan Daud atas Israel dan atas Yehuda, dari Dan sampai Bersyeba. (ayat 10). Bayangkan kemampuan ini. Oleh sebab itu Pnglima Abner membuka perundingan dengan Raja Daud. Ia mengirim utusan kepada Daud dengan pesan:"Milik siapakah negeri ini? Adakanlah perjanjian dengan aku, maka sesungguhnya aku akan membantu engkau untuk membawa seluruh orang Israel memihak kepadamu"(ayat 12). Raja Daud membuat respons dengan mengajukan pra-kondisinya atas Abner. Ia bersedia mengadakan perjanjian dengan syarat bahwa Abner membawa istrinya Mikhal, anak perempuan Saul itu kepadanya. Mikhal yang telah bersuamikan Paltiel, tetapi segera harus berpisah sebagai suami-istri. Raja Daud menghubungi Raja Isboeset melalui seorang utusan, pesannya:"Berikanlah istriku Mikhal (arti namanya:anak sungai) yang telah kuperoleh dengan seratus kulit khatan orang Filistin". (ayat 14). Raja Isboset kemudian menyerahkan Mikhal kepada Panglima Abner. Dengan mudahnya Panglima Abner memengaruhi Raja Isboset, (arti namanya: orang yang membawa malu). Raja ini memang amat lemah dan tidak mempunyai wibawa dalam memimpin Kerajaan Utara. Usia Raja Isboset dan Panglima Abner pada saat pengangkatan Raja Isboset adalah sama-sama empat puluh tahun. Dapat kita bayangkan, betapa mereka sedang penuh kekuatan dan semangat untuk merealisasikan apa saja yang mereka kehendaki.
Apalagi yang masih kurang pada seluruh usaha Panglima Abner untuk menjadi Panglima Israel Bersatu, Kerajaan Selatan dan Utara, bahkan kemudian memimpinnya sendiri? Ia mendekati para Tua-tua dan berunding dengan mereka. Ia tahu bahwa para Tua-tua ini sesuai dengan Firman Tuhan, menghendaki Daud menjadi raja atas mereka. Para Tua-tua yang seharusnya hanya mengurusi agama, harus membuat suatu kesepakatan politis dengan Panglima Abner. Kemudian plot seperti ini, antara Agamawan dan Penguasa menjadi suatu hal yang dianggap lumrah saja, sebab nampaknya tujuan Agama sudah terletak aman dalam kesepakatan politik itu. Memasuki ikatan itu, Abner dengan indah dan alim berkata:"Maka sekarang, bertindaklah, sebab Tuhan sudah berfirman tentang Daud, demikian:"Dengan perantaraan hamba-Ku Daud, Aku akan menyelamatkan umat-Ku Israel dari tangan orang Filistindan dari tangan semua musuhnya". (ayat 18).
Panglima Abner sungguh seorang panglima yang amat jeli. Ia tidak melewatkan soal Sukunya. Ia mendekati the House of Benjamin dan membicarakan rencananya melakukan perubahan politik dan kenegaraan itu dengan mereka.Baik Raja Saul, Raja Daud dan Panglima Abner berasal dari Suku Benjamin. Jadi Agama dan Suku sudah dikuasai, dan hal Antar Golongan juga sudah diamankannya. Pintar dan hebat Bapak Panglima Abner ini.
Akhirnya Panglima Abner datang kepada Raja Daud di Hebron. Hebron adalah Kota Perlindungan, City of Refuge. Kota yang menyolok, terbuka bagi semua orang yang mencari perlindungan.Kota yang pintu gerbangnya tak pernah tutup. Kota itu mudah dicapai. Kata Hebron/Kiryat-Arba, berarti Persekutuan/ Fellowship. A refuge for the lonely sinners. Memasuki kota itu rupanya Panglima Abner lupa bahwa kota itu adalah kota perlindungan sama seperti kota Kedesh, Sikhem, Bezer, Ramot,jamak dari Rama, :tempat yang tinggi), dan Golan (pembuangan), . Ia kelak diperdaya dengan mudah oleh Panglima Yoab, dengan cara seolah akan melakukan percakapan pribadi, lalu dibunuh oleh Panglima Yoab melalui tikaman di perut. Semua kehebatan dan kepiawaian Panglima Abner terhenti di saat itu. Pembunuhan itu secara tragis justru dilakukan di kota Hebron, Kota Perlindungan itu. Ternyata kepiawaian dan kehebatan seseorang tidak lengkap.Dalam semua keheba tannya, ia secara mudah diperdaya dan dibunuh.
Kita harus kembali ke 2 Samuel 2:14 yang memutuskan adanya kompetisi antara perajurit muda dari Panglima Abner melawan perajurit muda Panglima Yoab. Dua belas tentara melawan dua belas tentara. Hasilnya adalah bahwa mereka semua rebah bersama-sama sebab mereka saling membunuh dengan cara menikamkan pedangnya ke lambung lawannya. Kemudian Panglima Abner dan tentaranya dikalahkan.
Terdapat kemudian kisah kematian Asael tatkala terus membuntuti Panglima Abner. Panglima Abner tahu benar bahwa meskipun Asael (artinya Yang dijadikan Allah) adalah pelari kencang di ladang yang tak tertandingi, tetapi ia jauh lebih lemah dari Panglima Abner.Panglima Abner kemudian membunuhnya oleh karena ia terus membuntu tinya.Terjadilah perselisihan lanjutan bahwa Yoab, saudara dari Asael yang terbunuh bersama satu lagi saudaranya, Abisai mengejar Panglima Abner. Panglima Abner menyeru kan gencatan senjata atau truce, penghentian perang. Hal itu disepakati oleh Panglima Yoab.
Plot atau rencana Panglima Yoab diteruskan dalam kisah di pasal 3. Dengan penuh kelihaian, ia akhirnya dapat memer daya Panglima Abner dan membunuhnya dengan cara menikamnya dengan pedang. Rencana pembunuhan inilah yang tidak diketahui oleh Raja Daud. Jelas, pembunuhan ini bukan atas instruksi Raja Daud. Itulah kehendak dari Panglima Yoab dibantu oleh saudaranya Abisai.
Plot panglima melawan panglima ini bisa terjadi di mana-mana. Oleh sebab itu kita harus belajar bagaimana para panglima tentara ini jangan sampai berada dalam kisaran persaingan antara panglima bahkan sampai pembunuhan. Pembunuhan dengan ambisi menjadi panglima dari dua kerajaan sekaligus, dapat kita temukan dalam persengke taan di negeri lain juga.Para panglima harus dibimbing untuk tidak memberikan dirnya dipimpin oleh keinginan mereka akan kuasa serta keuntungan materi yang besar. Para panglima harus melihat kepentingan yang lebih besar lagi. Keinginan seperti membangun satu Negara Israel Bersatu yang kuat saat itu. Apabila berhadapan dengan panglima sejenis ini janganlah membiarkan mereka mengikuti keinginan mereka sendiri, atau ambisi mereka yang tak terbendung dan tak terbatas. Saudara-saudara dari para panglima juga jangan dibiarkan menyeburkan diri dalam kancah "the battle between the Commanders".
Jangan para sipil ikut dalam perang antar tentara, umpamanya. Pasti orang sipil ini menjadi korban, sebab mereka talk terlatih berperang atau berkelahi seperti yang dikuasai oleh para tentara. Panglima Abner telah memberi kan seruannya mengakhiri perang antar Rumah Saul (the House of Saul) melawan Rumah Daud (the House of David). Suatu perang saudara yang hendak diakhiri oleh Panglima Abner tatkala ia berseru kepada Panglima Yoab:"Haruskah pedang makan terus-menerus? Tidak tahulah engkau, bahwa kepahitan datang pada akhirnya? Berapa lama lagi engkau tidak mau mengatakan kepada rakyat itu, supaya mereka berhenti memburu saudara-saudaranya?". (2 Sam.2:26). Saya dapat membayangkan betapa justru Raja Daud amat menyukai Panglima Abner, meskipun ia terus berupaya menipu Raja Daud. Raja Daud kemudian memakamkan jenazah Panglima Abner dengan kehomatan, bahkan dengan meratapi kematiannya. Sebalik nya Raja Daud mengutuk Panglima Yoab sendiri dan seluruh kaum keluarganya.
Di negeri kita juga banyak panglima atau jenderal. Mereka semua harus bersatu hati membangun Indonesia bersama-sama. Jangan ada intrik-intrik tertentu atau intrik terselubung atau terbuka yang dipagelarkannya hanya untuk coba mencapai kekuasaan dan pengaruh utama kemudian. Para panglima harus bersatu, jangan ikut soal politik yang akan merendahkannya, sebab mereka harus berdiri di atas semua kepentingan partai-partai dan justru membawa kita semua ke arah pertahanan, kedamaian dan kesejahteraan bersama-sama. Perang tanding antar pengli ma atau jenderal dengan alasan apapun, jangan dibiarkan terjadi. Seragam,pangkat dan peralatan militer harus digunakan bagi pembangunan bersama, Indonesia Raya tercinta ke depan. Bacaan kita juga mengingatkan kita agar jangan terjadi permusuhan bahkan pertikaian antara orang sipil melawan sipil, serta sipil melawan para militer.
Pelajaran Pertama yang kita dapatkan adalah :"Hindarkanlah Perang antara Saudara". Bangunlah Kedamaian dan Perdamaian antar semua saudara dalam bangsa Indonesia.
Panglima Abner benar tatkala ia beseru: Berhentilah memburu saudara-saudaramu". Dalam terjemahan NIV dikatakan:"Why pursue your brothers?" Artinya: "Menga pa engkau mengejar saudara-saudaramu?". Saya segera ingat pelbagai Lemparan Isu SARA, PKI dan pelbagai Ujaran Kebencian yang memecah belah, menimbulkan rasa perseteruan antar umat dan golongan, bahkan memojokkan pemimpin NKRI sekarang, Presiden Joko Widodo? Selalu dan terus mencari kesalahannya, bahkan tindakan kebijakan dan kebajikannya juga serta merta disalahkan. Suasana kebencian yang ditaburkan dalam Pilkada DKI yang lalu, jangan diulang dalam format yang mungkin lebih canggih, dalam Pilkada 2018 dan Pilpres 2019. Melihat prestasi serta ketulusan Bapak Presiden kita, dapat kita pertimbangkan untuk memilih beliau kembali untuk kedua kali.
Pelajaran Kedua yang kita dapati adalah berbahayanya dendam politik atau dendam persaudaraan. Panglima Yoab membuntuh Panglima Abner terutama karena kebencian hendak membalas dendam atas kematian saudaranya, Asael. Panglima Yoab ternyata sangat cemburu terhadap Panglima Abner. Bagi Panglima Yoab, tak ada ruang untuk Panglima Abner dalam Rumah Daud. Tidak mungkin Kerajaan Israel Bersatu nanti memiliki dua orang Panglima Perang. Harus ada yang dienyahkan atau dibunuh. Dalam organisasi yang terbuka adanya dua orang panglima tetap saja mungkin dengan memberikan tugas berbeda. Pelajaran bagi kita, baik sipil atau militer, jangan terbawa oleh ego pribadi, keinginan akan keuntungan-keuntuntgan tertentu, dan pemenuhan ambisi pribadi, yang pada akhirnya hanyalah mengenai atau bagi dirinya, yakni Prestige/Gengsi, Power/Kuasa and Position/ Kedudukan. P3 ini harus kita hidari bahkan semua harus menghindarinya. Bukankah sudah ada pembagian kekuasaan dalam Trias Politica, yakni kekuasaan Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif? Jangan lagi ada yang bercita-cita menjadi Penguasa Tunggal.
Pelajaran Ketiga yang kita dapatkan dari kisah ini adalah bahwa kita harus mempunyai rasa hormat kepada Allah. Sebab tanpa Allah kita tidak lengkap. Allah adalah sumber sumber hidup kita. Takut akan Tuhan adalah sumber hidup kita, yang membuat kita berpaling dari jerat atau perangkap kematian.Oleh sebab itu bagi kita semua, sipil atau milter, atau apa pun, kita harus belajar selalu menyertakan Tuhan Allah dalam semua rancangan kita. Menghormati Allah terlebih dahulu, sebelum kita memutuskan melakukan sesuatu atau bertindak apa pun. Tanpa Allah akhir hidup kita akan menjadi tak berbuah apa pun.
Raja Salomo menyatakan:"Aku telah melihat segala perbuatan yang dilakukan orang di bawah matahari, tetapi lihatlah segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin".(Pengkhotbah 1:14). Segala sesuatu, yaitu pleasure/kenikmatan hidup, possessions/milik, projects, prestige/gengsi, career/karir,power, kuasa ,position/ kedudukan,etc.those are meaning less. Allah adalah sebab dari keberadaan dan hidup kita. Semua akan keliru apabila kita tidak mengenal Allah, dan satu-satunya jalan atau cara untuk mengenal Allah adalah melalui Tuhan Yesus Kristus. Kita harus mengaku dosa kita, bertobat mengaku Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan. Bila saya mengetahuinya, maka saya berhubungan dengan Tuhan. Bagaikan carang yang harus tetap pada pokok anggur. (Yohanes 15). Takut akan Tuhan adalah sumber air hidup kita,
Mari kita berintrospeksi, apa yang mendorong kita dalam hidup ini? Dalam sejarah, nama kita tak akan kekal , sebab cepat akan dilupakan. Yang penting dari keberadaan kita dan hidup karir kita di dunia adalah untuk melaksanakan kehendak-Nya. Semua pencapaian kita disebabkan oleh karena Dia yang menugaskannya. Banyak kesukaran kita lihat dan harus dibantu, seperti masalah Rohingya, Palestina, mengakhiri perang ISIS, terorisme, ketegangan nuklir antara Korea Utara dan Amerika Serikat dan Dunia,
Dalam menata kehidupan bergereja, berbangsa dan bermasyarakat kita, nasional maupun internasional, ,memerlukan hikmat dan kebijakan serta kebajikan kita semua. Kita harus memuliakan Tuhan Allah, membawa perdamaian dan integritas tanpa tawar lagi, sehingga menjadi berkat bagi seluruh rakyat Indonesia dan Umat Manusia/Dunia.
I gave my life to Thee.....
I gave my life to Thee,
My precious blood I shed.
That thou mightst ransomed be...
and quickened from the dead.
I gave, I gave My life for Thee,
what hast thou giv`n for Me?
My Father`s house of light,
My glory circled throne.
I left for earthly night,
for wanderings sad and lone.
I left, I left it all for thee,
hast thou left aught for Me?
Amin.