hjonathans.com

View : 1832 kali


Khotbah
Sabtu, 16 Mei 2020

ULAR TEMBAGA DAN PENYELAMATAN DARI ALLAH. - Bilangan 21:4-9.
Pdt. Hallie Jonathans.

Bapak, Ibu, Saudara/i yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus.

Minggu Prapaskah ke 3 kita jelang atau masuki. Kita diperhadapkan pada sejarah Israel tatkala mereka baru saja menang perang atas Raja Arad yang tinggal di Negeb.Kemenangan atas raja ini tidak membuat mereka tambah beriman kepada Tuhan. Mereka justru mulai menyatakan ketidak-puasan terhadap Musa dan terhadap Tuhan sendiri.

Protes-protes dan demo-demo semacam itu bukannya membangun iman dan kemajuan kehidupan beriman dan berbangsa , dari bangsa Israel itu. Mereka juga memang salah alamat dalam menyampaikan kritik ini, yakni kepada Musa dan Tuhan.

Perilaku seperti ini terus berulang pada banyak umat dan banyak bangsa di dunia. Sudah merdeka, umpamanya, lalu mengangkat suatu masalah untuk dijadikan protes. Umpamanya masalah HAM. Saya jadi terheran-heran atas pernyataan orang yang katanya adalah korban ketidak-adilan yang sangat melanggar HAM itu, katanya : "Lebih baik Indonesia tidak merdeka, dari pada permasalahan ini tak kunjung diselesaikan!"

Kita lihat juga protes masyarakat yang harus direlokasi atau berpindah tempat tinggal oleh sebab tanah yang mereka tempati bukan milik mereka atau tempat mereka berjualan adalah daerah yang justru penting bagi keamanan perjalanan kereta api atau karena menjadi amat membahayakan mereka sendiri. Mereka menjawab, tak mau, meski akan mendapatkan rusunawa. Mereka menuntuk Pemerintah membayar Ganti Untung mereka, lima kali nilai harga NJOP.

Ada modus baru mendapatkan gaji dan uang yang banyak. Dari anak, remaja, bahkan pemuda dan pemudi serta orang dewasa dan tentara bayaran, asalkan menyetujui pembentukan Negara Islam model ISIS itu dapat segera bergabung ke sana, lewat Turki. Sebaiknya rombongan orang Kristen yang mau pergi ke Yerusalem lewat Turki berhati-hati agar jangan ada anggota rombongannya tiba-tiba memisahkan diri sesampainya di Turki.

Kita juga sama, sudah diselamatkan oleh Kristus, dari dosa dan maut, kita jutsru banyak complain tentang kehidupan kita yang masih susah, berada di bawah garis kemiskinan atau belum mendapatkan keadilan. Mengapa Tuhan tidak mendengarkan saya atau mengabulkan kehendak atau permintaan saya? Kita mulai protes kepada Tuhan. Semua tingkah laku seperti itu sama sekali tak berguna, oleh sebab kita justru melawan Tuhan yang telah membuat begitu banyak perbuatanbaik bagi kita.

Biasanya orang bilang, enough is enough,kalau dikatakan cukup, yah cukup saja. Cukuplah, semua sudah cukup. Tetapi ada juga yang berkata Never Enough, once is not enough, dll,dll. Sulit bukan meladeni hal demikian itu? Kapan cukupnya?

Mereka membangun alasan ekonomis yang masuk akal, di tengah masih dalam perjalanan menuju Kanaan. Kata mereka:"Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini, kami telah muak". Yang dimaksud dengan roti itu jelas bukan manna yang hambar itu. More than that. Mungkin maksudnya roti yang hebat seperti dari Holland Bakkerij, atau Roti-roti yang amat delicious a 'la café, a'la restoran hotel berbintang. Maksud dalamnya adalah makanan yang diberikan Tuhan itu sudah sangat membosankan, mematikan apptetite mereka, mematikan selera makan mereka.

Makanan yang memberikan kehidupan belum tentu diterima dengan rasa syukur dan terimakasih bahkan dengan pujian kepada Tuhan. Kita bahkan sama juga, kalau hanya Empat Sehat sebab yang kita tuntut adalah Lima Sempurna, Enam Lebih Enak Lagi, Tujuh maka saking enaknya bahkan jadi tujuh keliling. There is never enough!.

Bagaimana gaya konsumsi Warga-warga Negara dari Negara Dunia I atau dari Negara-negara Makmur? Katakanlah Eropa, Amerika Serikat, Jepang dll.Mereka makan jauh lebih banyak yang begitu pada ... Enam Lebih Baik, bahkan Tujuh .........dst-dst, dibandingkan dengan orang di Asia di Dunie ke III, yang disebut Negera-negara yang Sedang Berkembang, tetapi intinya makanannya kalah jauh dari kecukupan gizi dan nutrisi dibandingkan dengan Negara-negara maju. Maka beberapa Negara di Asia mengirimkan Perahtu atau Kapal Penangkap Ikan Ilegal masuk ke perairan Indonesia untuk mencuri ikan orang Indonesia. Bagus sekarang mereka dihukum, perahu atau kapalnya dibakar. Tetapi itu juga menimbulkan tanya pada saya, begitu mudahkah kita mengotori laut? Bukankah kapal-kapal yang melintas perairan Indonesia dilarang membuang sampah apa saja ke dalam laut yang dilewatinya? Tetapi pembakaran kapal penangkap ikan illegal ini dibakar begitu saja di daerah TKP dan saya bayangkan betapa kotornya laut dan dasar laut di tempat Eksekusi Kapal itu.

Berhentilah melakukan protes-protes kepada Tuhan tentang kehidupan kita. Kita pertama-tama harus memuji kebaikan-Nya yang dalam Kristus telah menyelamatkan kita dari dosa dan maut. Kita lihat bagaimana solusui yang diberikan oleh Tuhan itu.

Pertama,Tuhan menghukum bangsa Israel dengan mengirimkan ular-ular tedung ke antara bangsa itu, yang memagut mereka sehingga banyak dari orang Israel yang mati.
Ular merupakan hewan yang menggambarkan kekuasaan Iblis dan juga dosa. Lihat saja peristiwa Ular dengan Hawa dan akhirnya menerus ke Adam. Digigit oleh ular di Bilangan berarti bahwa kita pun hari ini terancam bahaya yang sama.Bahaya itu datang dalam dosa yang mengancam kita bahkan akan membinasakan kita. Akibatnya di zaman Bilangan dan zaman Perjanjian Baru adalah sama. Gigitan ular menyakitkan mulanya tak begitu terasa tetapi kemudian amat terasa bahkan mematikan. Dosa juga begitu, mulanya biasa-biasa saja, akhirnya kita binasa , entah ditangkap Polisi atau KPK atau apa saja yang membahayakan kita, oleh sebab upah dosa itu maut.

Digigit ular bung! Berakibat kematian fisik. Namun racun dosa bukan saja bisa mematikan kita tetapi juga membawa kematian rohani, terpisah dari Allah selamanya. Oleh sebab itu dalam Bilangan solusinya adalah Musa diperintahkan membuaty Ular Tembaga. Bayangkan waktu yang diperlukan. Ular tembaga itu harus ditaruh di atas sebuah tiang. Tiang ini dibuat dari kayu. Kalau begitu tiangnya meskipun terbuat dari kayu harus kuat sebab harus menyangga Ular Tembaga yang berat itu. Salib Tuhan Yesus adalah bukan salib abal-abal yang dapat diseret kian kemari, ke sana , ke sini oleh karena ringan. Tubuh Kristuslah yang kemudian harus dipakukan atas Kayu Salib atau Salib Kayu itu. Seperti Ular Tembaga, maka Kristus juga dipaku dan salib-Nya yang tinggi itu memperlihatkan secara nyata betapa Ia ditinggikan, INRI , harus mati di sana.

Orang yang terpagut ular tedung di Bilangan akan mati apabila tak melihat Ular Tembaga itu. Sebenarnya Perjanjian Lama mau memberikan gambaran yang memang juga sering tak langsung dijadikan sebenarnya melihat langsung pada Tuhan. Di Kalvari atau Golgota, maka orang yang percaya meskipun tengah didera oleh kuasa dosa yang mematikan tetapi setelah mnelihat pada Kristus, mengasihi dan mengikut Dia, tidak akan binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. Ia tidak akan mengalami kematian rohani. Dalam Ibrani 12:2 dinyatakan :Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah. Dalam Yohanes 3:14 dan 15 dinyatakan: "Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal".

Dalam Roma 8:3 dan 4 dinyatakan :"Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat, karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa, karena dosa. Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging., supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita,yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh". Sedangkan dalam 2 Korintus 5:21 dinyatakan :"Dia yang tidak mengenal dosa, telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah".Pandanglah kepada Kristus. Percaya, kasihi Dia dan lakukanlah apa yang Ia perintahkan kita lakukan di hadapan Allah dan di tengah umat manusia. Look Up to Him only!. Amen.





Arsip :

Arsip ..


About Me:

Nama saya Hallie Jonathans. Saya lahir di Depok, pada tanggal 6 Juni 1945.

Setelah tamat STT Jakarta, saya berkecimpung dalam pelbagai kegiatan oikoumenis dan beberapa kegiatan kemasyarakatan. Kegiatan kegerejaan dilakukan secara penuh dalam sebagian besar level pekerjaan gerejawi.

Saya adalah Pendeta Emeritus GPIB, 01 Juli 2010 serta menjabat sebagai Ketua Badan Penasihat Gereja Preotestan di Indonesia (2010-2015).

Nama istri saya: Inneke Jonathans-Huwae. Saya lebih berorientasi ke depan, oleh sebab itu saya terfokus untuk berbagi dalam perkara hari ini dan hari esok.

Terpujilah Tuhan Yesus Kristus.