Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus.
Perayaan Pentakosta Yahudi, suatu Penamaan Helenistik atau Yunani memaksudkan Peristiwa atau Perayaan Lima Puluh Hari setelah Paskah Yahudi, atau yang dalam Tradisi Taurat, adalah Perayaan Tujuh Minggu, Tujuh Pekan setelah Perayaan Paskah Yahudi itu, dan jatuh tepat pada hari Kelima Puluh.Istilah Hari Ke 50 inilah yang dalam Bahasa Yunani dikenal Gereja sebagai Hari Pentakosta. Kita harus menyebut event perayaan di mana semua orang percaya termasuk para Rasul telah berhimpun, merupakan saat Perayaan Pentakosta Yahudi. Perayaan 7 Minggu ini juga disebut Perayaan Penuaian, The Feast of Harvest. Pesta atau Perayaan itu didahului oleh Persembahan Hasil Pertama dari Penuaian Orang Israel.
Urutannya menjadi Paskah, Hari Raya Roti Tidak Beragi; Persembahan Pertama Hasil Tuaian/First Grain of your Harvest, Pesta (Count Seven Full Weeks, Count off FIFTY DAYS UP TO THE DAY After the seventh Sabbath,and then Present an Offering of New Grain to the Lord. Itulah Hari Raya Pentakosta. Persembahan Hasil Tuaian digabungkan dengan persembahan tujuh ekor anak domba jantan yang tak bercela, menandakan Hari Raya Pentakosta itu. (Lihat Imamat 19).
Pada saat Perayaan Pentakosta Pertama atau Yahudi itulah semua orang Yahudi dari berbagai Negara ke mana Tuhan telah menyebarkan mereka melalui Pembuangan-Pembuangan lalu, berkumpul di Yerusalem untuk merayakan Hari Raya Pentakosta mereka.
Jadi Peristiwa Turunnya Roh Kudus, atau Hari Jadinya Gereja Tuhan Yesus Kristus mengambil saat atau Perayaan Pentakosta Yahudi.
Tuhan Yesus disalibkan pada Masa Paskah, lalu pada Hari Keempat Puluh Kembali Ke Surga atau Naik Ke Surga.Sepuluh Hari Kemudian Roh Kudus Turun ke Atas Jemaat dan Para Rasul , Lima Puluh Hari setelah Penyaliban Tuhan, dan sepuluh hari setelah Kenaikan Tuhan Yesus ke Surga. Itulah saat Perayaan Pentakosta dirayakan. Tidak heran, banyak sekali orang Yahudi dari berbagai Negara dan dari Isreal sendiri berkumpul di kota Yerusalem. Suatu Perhimpunan Internasional terjadi di sana.
Bahasa pengantar umum saat itu adalah Bahasa Yunani Koine. Dunia internasional saat itu memahaminya sebagai bahasa dunia. Pesta Raya Panen Agraris Yahudi berubah menjadi Pesta Panen Orang Menjadi Percaya akan Injil Tuhan Yesus Kristus dan itu berarti percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Apakah terjadi Interuptus atas Tradisi Yahudi begitu saja? Tidak!. Umat Israel harus mengingat akan Nubutan dari Nabi Yoel, nabi yang namanya tak ada bandingnya, YAHWEH ELOHIM. Nubuat tentang Hari Tuhan. Hari Dominggus, Hari Minggu kita sekarang.
Janji Pencurahan Roh Tuhan atau Roh Kudus justru telah dinyatakan oleh Nabi YOEL, dalam pasal 2:28 dan 29;
"Kemudian pada hari itu akan terjadi,
bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia.
Maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan
akan bernubuat,
orang-orang tuamu akan mendapat mimpi,
teruna-terunamu akan mendapat penglihatan- penglihatan.
Juga ke atas hambamu laki-laki dan perempuan,
Akan Kucurahkan Roh-Ku pada hari-hari itu.
Barulah kita semua disadarkan bahwa momentum-momentum Perjanjian Lama telah mendapatkan realisasinya dalam Momentum-momentum Hidup, Penderitaan, Kematian, Kebangkita, Tuhan serta Kenaikan Tuhan ke Surga. Setelah itu sesuai dengan Janji-Nya, Ia mengirimkan Roh-Nya sebagai Penghibur Penuh Kuasa kepada mereka yang terkumpul di Yerusalem saat itu dan bagi Segenap manusia dari seluruh Dunia yang saat itu sudah direpresentasikan, oleh mereka yang berbahasa berbagai bahasa bangsa-bangsa. Lalu kini kemudian kepada seluruh Bangsa-Bangsa , makusdnya Bangsa-Bangsa Bukan Yahudi.
Hasilnya adalah suatu Penuaian Universal yang Hebat, semua orang menjadi Percaya. Tiga Ribu orang yang mendengar Rasul Petrus berkhotbah tentang Injil Tuhan Yesus Kristus yah tentang Kristus sendiri, menjadi bertobat. Itulah momentum World Wide Evangelization terjadi. Debat tradisional kristiani yang mempertanyakan apakah Para Rasul berbicara dalam Bahasa Roh atau Berbagai Bahasa Dunia rasanya tak diperlukan lagi. Roh Kudus telah membuat Para Rasul dapat menyampaikan Injil Tuhan Yesus Kristus dalam berbagai Bahasa. Ada Gereja yang hanya mengakui terjadinya Bahasa Roh atau Glosolalia itupun tak usah dipersoalkan. Pada faktanya Injil harus disampaikan dengan menggunakan berbahagai Bahasa Bangsa, Suku Bangsa, Bahasa Berbagai Ethnis yang hidup di dunia. Itulah juga yang memimpin Gereja Tuhan melalui Para Pendiri Gereja untuk melakukan Penerjemahan Alkitab dalam Bahasa Ibrani dan Yunani Koine ke dalam Bahasa-Bahasa Dunia.
Pentakosta dengan demikian membuahkan Pengenalan akan Firman Tuhan melalui penerjema han yang sangat diberkati dalam hidup banyak orang dari berbagai bangsa , bahasa dan budaya. Itu berarti suatu Penetrasi Ke Dalam Segenap Bangsa dengan Kebudayaan masing-masing atau dengan Ideologi masing-masing. Injil Tuhan Yesus Kristus berjumpa dengan Pelbagai Kebudayaan dan Ideologi untuk menyatakan Kabar Pembebasan, Penyelamatan dan Pembaharuan bagi Dunia oleh Tuhan Yesus Kristus.
Peristiwa Turunnya Roh Kudus atau kemudian berubah menjadi THE SECOND PENTACOST, atau Pentakosta bagi Seluruh Dunia yang berisi Injil Tuhan Yesus Kristus dan Turunnya Roh Kudus atas semua orang saat itu, serta pemakluman Injil dalam berbagai Bahasa telah membangkitkan kekaguman semua orang, semua bangsa. Kagum karena melihat kuasa Allah berupa lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing.
Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya. Tercatat juga, bahwa mereka bingung karena mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri. Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea? Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendir, yaitu bahasa yang dipakai di negri asal kita, kita:
Orang Partia, Iran kini,
Media,
Elam,
Mesopotamia,
Yudea,
Kapadokia,
Pontus,
Asia,
Frigia,
Pamfilia,
Mesir,
Daerah-daerah Libia,
Dekat dengan Kirene,
Pendatang-pendatang dari Roma,
(baik orang Yahudi, maupun penganut agama Yahudi),
Orang Kreta,
Orang Arab.
Sekali lagi, kagum sebab mereka berkata-kata dalam berbagai bahasa kita sendiri,tentang perbuatan -perbuatan besar yang dilakukan Allah. Mereka semua tercengang-cengang dan sangat termangu-mangu, sambil berkata seorang kepada yang lain:"Apakah artinya ini?". Lalu bangkitlah Rasul Petrus yang kemudian menjelaskan semua ini, melakukan Khotbah Perdana tentang Injil Kristus kepada seluruh dunia. Dari Firman tentang Turunnya Roh Kudus dan Kelahiran Gereja Tuhan Yesus Kristus, maka kita juga masih harus melihat bahwa ada pemenuhan dari nubuat tentang Yohanes Pembaptis yang mengatakan:"Aku membaptis kamu dengan air, tetap Ia yang lebih berkuasa dari pada-Ku, akan akan datang, dan membuka tali kasutnyapun aku tidak layak; IA AKAN MEMBAPTIS KAMU DENGAN ROH KUDUS DAN DENGAN API". (Lukas 3:16).
Lidah-lidah api, vlammen van vuur, itu bukan lidah yang kita miliki, tetapi adalah metaphor saja, dari api yang nampak menjilat-jilat itu. Gerak menjilat-jilat itulah yang disebutkan bagaikan lidah-lidah. Ada yang langsung menafsirkannya sebagai bahasa-bahasa, atau bahkan tutur Allah,(Gods spraak),Itulah dasar bagi gereja Pentakosta menetapkan tentang penyampaian Injil lewat bahasa Allah. Lewat berbagai bahasa manusia juga. Yang terakhir adalah lewat Glosolalia, bahasa Allah yang dinyatakan oleh manusia percaya yang dipenuhi oleh Roh Kudus untuk menyatakannya.
Api itu juga kehadiran Allah yang memurnika, yang membakar elemen-elemen yang tak tidak sesuai dengan kehendak Allah dari hidup kita. Lalu hati kita dipenuhi oleh api dan jilatan api itu Roh Kudus untuk menyampaikan Berita Injil kepada dunia. Ada misi dalam metafora ini. Dalam peristiwa pemberian Dasa Titah di Gunung Sinai, Allah hadir menyatakan Hukum taurat atau Perjanjian Lama itu dengan mengirimkan api dari surga. Pada Peristiwa Dasa Titah diberikan itu Allah mengirimkan api itu ke suatu tempat, yakni di Sinai. Tetapi pada Peristiwa Pentakosta Kedua ini, Allah mengirimkan api-Nya ke atas semua orang percaya sebagai tanda bahwa kini Allah hadir di dalam setiap orang yang percaya kepada-Nya.
Kehadiran Allah dilakukan secara spektakular, secara menakjubkan mata dan hati semua orang saat itu. Suatu bunyi seperti tiupan angin keras, yang memenuhi rumah di mana mereka duduk. Lalu tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Kita ingat juga bagaimana Nabi Elia saat ia membutuhkan pesan dari Allah. Nabi Elia yang mengaku sebagai Nabi yang bekerja segiat-giatnya bagi TUHAN Allah semesta alam. Hanya aku sendirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku". Lalu Tuhan berfirman kepada Elia:"Keluarlah dan berdiri di atas gunung itu di hadapan TUHAN. Maka Allah lalu. Angin besar dan kuat yang membelah gunung-gunung dan memecahkan bukit-bukit batu, mendahului TUHAN. Tetapi tidak ada TUHAN dalam angin itu, tak ada juga Tuhan dalam gempa itu. Dan sesudah datanglah api itu, tetapi tiada TUHAN dalam api itu. Dan sesudah api itu, datanglah bunyi angin sepoi-sepoi basa. (zacht suizen van de wind). Di sana ada TUHAN yang langsung memberitahukan bahwa IA meninggalkan/ menyediakan 7000 orang di Israel, yakni mereka yang tidak sujud menyembah Baal, dan yang mulutnya tidak mencium dia(Baal).
Allah dapat bekerja melalui cara spktakular tetapi Ia dapat juga bekerja secara normal.Allah dapat juga berbisik kepada kita. Mari kitapun menantikan TUHAN dengan sabar.
Allah berbicara kepada semua orang. Ia berbicara melalui rasul-rasul Tuhan Yesus Kristus, melalui para Penginjil dan Pendeta, Melalui para Warga Gereja yang memiliki kerinduan untuk menyampaikan Injil Tuhan Yesus Kristus kepada dunia, orang di sekitarnya atau di tempat ia bekerja, dst.
Sukacita dan kerinduan inilah yang hilang dari kalangan orang percaya. Injil juga tak diberitakan lagi dalam berbagai bahasa bangsa dan bahasa suku -suku bangsa. Media bahasa pelbagai suku bangsa ditinggalkan diganti saja dengan bahasa nasional. Gereja harus memperhatikan hal ini kembali. Kebangkitan Penggunaan Bahasa Suku-Suku Bangsa untuk menyampaikan Injil bukan sekedar merupakan penggantian bahasa, kausa kata dan ungkapan, tetapi terjadilah juga perjumpaan antara bahasa yang berisi Injil Kristus dengan bahasa yang belum mengenal Injil Kristus. Pengunaan kata dan ungkapan menjadi kayak karena kausa kata Injil Kristus masuk ke bahasa yang baru atau khusus itu. Terjadilah penetrasi budaya Injil ke dalam budaya suku tertentu, dst.
Orang-orang Yahudi Diapora itulah yang tatkala kembali ke negeri masing-masing menyampaikan Injil Kristus kepada sesama Yahudi dan sesama warga negeri mereka. Dengan demikian Isi dan Inti Khotbah Petrus dalam Kisah Para Rasul 2 disampaikan oleh mereka dalam bahasa dan budaya di mana mereka tinggal.Dengan demikian Allah membuka jalan bagi penyebaran Injil ke seluruh Oikoumene saat itu yakni The Civilized World of Rome. Oikoumene berarti Dunia Yang Berbudaya (Roma saat itu).
Dunia di mana manusia tinggal itu harus merupakan suatu masyarakat , bangsa atau suku bangsa yang beradab. Kebiadaban dengan alasan agama atau kebudayaan apapun tak dapat diterima. Good Civilians are Good Civilized People too.
Kemarin Gereja Katolik Indonesia dan sebuah LSM menganjurkan agar Pemberian Anugerah Pengahragaan tentang Kerukunan Umat Beragama di Indonesia oleh suatu Yayasan di Amerika Serikat kepada Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kondisi di Indonesia di mana Kelompok Minoritas masih tidak terlindungi, pelbagai kekerasan terhadap golongan minoritas dan pembakaran gedung gereja di mana-mana bahkan pembunuhan dan pengusiran atas warga/umat dari kepercayaan atau suatu agama tertentu masih berlaku, tanpa penghambatan yang berarti oleh
Pemerintah atau langsung oleh Presiden RI merupakan penyebabnya agar Yayasan itu membatal kan penganugerahan ini.
Jadilah Manusia yang dipenuhi oleh Roh Kudus sehingga perbuatan-perbuatan kita juga kudus dan memuliakan Allah. Jadilah manusia-manusia yang memiliki peradaban yang menghargai tinggi kemanusiaan dan kebebasan yang memiliki tanggungjawab dalam semua bidang kehidupan secara komprehensif. Jadilah Gereja, Jemaat, bagian dari Bangsa Indonesia yang mampu menyampaikan Injil Tuhan Yesus Kristus melalui hidup dan pergaulan yang peduli terhadap sesama di tengah kemiskinan dan kejatuhan moral dalamn pelbagai bidang kehidupan.
Pentakosta Kedua ini tidak menawarkan eksklusifitas apapun, ia bahkan menghadirkan Kesempatan Inklusiifitas dan Integralitas secara utuh, mulai dari berbahasa, berbudaya, membangun suatu masyarakat yang terbuka terhadap Allah dan pekerjaan-Nya yang menebus dan menyelamatkan umat manusia. Pentakosta meninggalkan dan menanggalkan semua budaya egoism baik secara pribadi maupun kelompok dengan kepentingan apapun, menjadi mengenakan kemanusiaan baru yang dikendalikan oleh Roh Allah sendiri yang bertujuan menyelamatkan dan membaharui dunia yang berdosa ini menjadi Dunia di Mana Ada Damai Sejahtera Allah atau Syalom Allah, Assalam Allah. Terimalah Salam Pentakosta, Salam Damai,Salam damai Sejahtera, Salam Reformasi, Salam Pembaruan bagi Semua, Salam Kerukunan anatara Semua,Salam Anti Kekerasan, Salam "Anti Saling Menyebut satu sama lain Kafir", Salam Am/Salam Universal, Salam Mondial. Selamat Hari Pentakosta!. Amin.