hjonathans.com

View : 1841 kali


Khotbah
Kamis, 06 Februari 2020

SUKACITA DALAM MELAYANI - Filipi 2:1-11
Pdt. Hallie Jonathans

Kita semua cenderung untuk membangun citra yang baik diri kita, di saat semua mata tertuju kepada kita. Kita juga selalu mau bertahan pada sikap merasa cukup puas dengan diri kita. Semua itu disebut  egoisme.
Apabila manusia hanya mengingat dirinya sendiri, maka saat itulah ditabur benih bahwa kita terbagi-bagi. Oleh sebab itu Rasul Paulus menekankan kesatuan roh, yang disebut Persekutuan Roh. Demi hal itu ia meminta Jemaat Filipi untuk saling mengasihi, bersikap baik, bekerja sama dengan mempunyai satu tujuan yang hendak dicapai.

Apabila kita bekerja sama dalam mengatasi persoalan orang lain, seperti mengatasi persoalan kita sendiri, maka kita mengikuti contoh yang diberikan oleh Tuhan kita Yesus Kristus. Tuhan Yesus Kristus selalu menempatkan persoalan orang lain dalam urutan pertama dari daftar prioritas-Nya. Dengan demikian tercapai persatuan,

Suatu hubungan yang baik antara orang Kristen dan kini secara khusus dalam hubungan suami istri Presbiter, yah dalam Keluarga Allah jauh lebih penting dari pada upaya membangun citra baik tadi, atau bagi kita betapa puasnya kita dengan diri kita sendiri.

Biarlah Roh Allah bekerja melalui kita sehingga sesama orang percaya dibawa makin dekat kepada Tuhan.Mari kita simak kembali dua ayat permulaan perikop kita :
Karena dalam Kristus ada :
Nasihat,
Penghiburan Kasih,
Persekutuan Roh,
Kasih Mesra,
Belas Kasihan;
Karena itu sempurnakanlah Sukacitaku dengan ini:
Hendaklah kamu sehati sepikir,
Dalam satu kasih,
Satu Jiwa,
Satu Tujuan.
Syarat : Terdapat dalam ayat 3 ini, yakni :
Tidak mencari Kepentingan Sendiri,
atau Pujian Sia-sia.

Dalam ayat 3b dikatakan:
"Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati, yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari dirinya sendiri".
Rendah hati berarti melihat diri kita dalam hubungan yang tepat, benar dan sungguh dengan orang lain.
Rendah hati bukan berarti bahwa kita harus menjadikan diri kita begitu rendah di hadapan orang lain. Kita tahu bahwa kita semua adalah orang yang berdosa. Kita selamat karena kasih karunia Allah diberikan kepada kita oleh Allah dalam Kristus Yesus. Kita justru diselamatkan dan dengan demikian menjadi amat berarti di hadapan Allah. Kini kita dapat menempatkan diri dalam tempat yang ditetapkan Allah bagi kita. Dengan demikian Allah dapat memakai kita dalam kedudukan yang ditetapkan-Nya bagi kita.

    Dalam Roma 12:3 Rasul Paulus menyatakan:"Berdasarkan kasih karunia yang dienugerahkan kepadaku, , aku berkata kepada setiap orang di antara kamu:"Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing".  
    Apa sebenarnya yang ditetapkan Allah bagi kita untuk dilaksanakan? Ia menghendaki kita menyebarkan Firman-Nya dan menceritakan kepada orang lain tentang kasih Allah itu.

    Segera setelah panggilannya agar jemaat bersatu, Paulus memanggil orang atau Jemaat Filipi untuk  menghindarkan diri dari egoism. Dua hal, sekali lagi:
1.    Menganggap orang lain lebih utama dari diri kita
sendiri.
   2. Memperhatikan kepentingan orang lain juga.

Obat penyembuh penyakit Egoisme adalah: 
Sedia  Melayani.
Servitude,
Dienstbaarheid.  
Tuhan Yesus sendiri, dalam pikiran dan perasaan-Nya tidak tertuju kepada kepentingan-Nya tetapi pada Kesediaan Untuk Melayani. Ia mau menjadi Pelayan manusia. Egoisme merugikan kesatuan dalam Jemaat, Mengapa?
Sebab kita ditempatkan Allah berhadapan dengan sesama kita. Bukan ditempatkan di samping sesama kita. Karena itu, tidak dapat lain, kita berhadapan untuk melayani sesama kita.

    Filipi itu juga seperti Serpong, Kota Bisnis, Kota Dagang. Jemaat di sana tentu terdiri dari berbagai latar belakang dan profesi. Dalam Kisah 16 diceritakan tentang Lidia, penjual kain ungu dari kota Tiatira, bukan, bukan dari Ciater. Ia meminta rombongan Paulus untuk menginap di rumahnya . Tetapi di sana ada juga seorang hamba perempuan yang mempunyai roh tenung. Rupanya ia kelahiran Yunani. Rasul Paulus menengking keluar roh tenung itu dari hamba perempuan itu.
Sipir atau Kepala Penjara rupanya adalah seorang Romawi. Kisah Kepala Penjara itu amat menggembirakan, ia menjadi percaya beserta seluruh isi rumahnya. "Percayalah kepada Yesus Kristus, dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu", demikian kata Paulus dan Silas dalam Kisah 16:31.
Jadi tak mudah mempersatukan begitu banyak manusia dari berbagai latar belakang dan profesi yang amat beragam.

Belum ada tanda-tanda keterpecahan Jemaat, namun demikian masalah kesatuan ini telah ditekankan dengan kuat di tengah Jemaat.

Dalam Filipi 3:2 dinyatakan agar Jemaat berhati-hati  terhadap anjing-anjing, pekerja-pekerja jahat, dan penyunat-penyunat palsu. Mereka itu orang Yehuda, yang percaya bahwa orang hanya dapat sepenuhnya menjadi orang percaya apabila memenuhi semua tuntutan Taurat. Kristen berdasarkan perbuatan-perbuatan. Dengan demikian bukan Anugerah Allah dalam Kristus Yesus itu. Apa yang dilakukan oleh orang Kristen adalah suatu konsekwensi dari percaya, bukan suatu syarat untuk  sampai pada percaya.
Dalam Filipi 4:2 dikisahkan tentang Euodia dan Sintikhe, yang dimintanya untuk bersatu. Di sini adalah masalah hubungan pribadi. Bukan perbedaan karena ajaran tetapi karena pribadi. Keduanya telah melakukan banyak hal dalam Jemaat. Oleh sebab itu perseteruan mereka merupakan hal yang menyakitkan. Bayangkan, banyak orang menjadi percaya karena pekerjaan mereka. Oleh sebab itu kita jangan mengira bahwa kita cukup percaya kepada Kristus, bekerja keras bagi Kerajaan-Nya, tetapi pada saat yang sama masih berada dalam hubungan pribadi yang tak baik atau yang terganggu dengan orang lain yang justru mengabdi dalam tugas dan panggilan atau bahkan jabatan yang sama. Mereka harus saling berdamai, diperdamaikan, harus ter-rekonsiliasi secara timbal-balik. Apakah Anda perlu melakukan rekonsiliasi dengan seseorang tertentu dalam Jemaat atau dalam Lingkup Pejabat Gereja atau Sesama Jemaat? Bagaimana hubungan antara Suami-Istri dalam Keluarga kita?

    Dalam bagian perikop dari ayat 5 sampai 11, rupanya ditemukan bahwa ini adalah bagian dari suatu Kidung atau Lagu Rohani dalam Jemaat. Seperti dala lagu rohani manapun, tidak semua tentang Kristus dapat diutarakan. Bagaimana mau mengutarakan Yesaya 53, tentang Hamba Yang Menderita umpamanya dalam sebuah lagu rohani secara lengkap? Secara singkat, dikatakan bahwa Tuhan Yesus mengosongkan diri-Nya dari semua atribut Ke-Allah-an-Nya. Apa yang dilakukan-Nya. Ia mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia. Dus, Ia menjadi manusia. Itu suatu akta Anak Allah yang  menerima keberadaan manusia bagi diri-Nya.

Apakah orang Kristen, atau sebagai Presbiter mau melepaskan hak-haknya demi orang lain yang dilayaninya? Kristus Tuhan kita melakukannya. Ia melepaskan semua atrbut atau hak-hak Ke-Allah-an-Nya dan menjadi manusia hamba bagi keselamatan manusia?. Jangan salah mengerti. Kristus tidak kehilangan hak-hak Ke-Allah-an-Nya tetapi ia meletakkan hak-hak-Nya itu, mengosongkan diri dari hak-hak Ke-Allah-an-Nya  dan mengambil rupa seorang manusia yang melayani, mengorbankan diri-Nya bagi keselamatan kita.

Untuk tunduk pada kehendak Bapa-Nya, maka Kristus membatasi kemahakuasaan-Nya dan kemahatahuan-Nya. Kristus terbatas pada ruang dan waktu. Yang unik dari kemanusiaan Kristus adalah bahwa Ia tanpa dosa dalam diri-Nya. Dalam kemanusiaan-Nya yang lengkap, Yesus menunjukkan semua sifat Allah, yang diterangkan-Nya dalam istilah dan pengertian kemanusiaan yang jelas bagi manusia.
Hal Yesus menjadi manusia diterangkan lebih lanjut dalam Johanes 1:1-14; Roma 1:2-5; 2 Korintus 8:9; 1 Timotius 3:16; Ibrani 2:14; dan 1 Yohanes 1:1-3.  

     Penyaliban adalah hukuman mati yang amat keras berdasarkan hokum Romawi bagi orang penjahat berat atau kakap, ang melakukan kejahatan yang luar biasa. Penyaliban itu amat menyakitkan, sangat merendahkan manusia yang disebut penjahat itu, Ia dipaku dan diikat dan tergantung di salib itu. Semua berat dan posisi tubuh sitersalib itu menyebabkan sitersalib itu itu makin sukar bernafas. Dalam sikap itulah sitersalib dibiarkan sampai ia mati. Mati sebab kehabisan nafas. Tuhan Yesus mati sebagai orang yangb terkutuk. "Kristus telah menebus kita dari kutuk hokum Taurat, dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis:"Terkutuklah orang yang digantung di kayu salib". (Galatia 3:13/ Ulangan 21:23).
    Bayangkan, Manusia Sempurna itu harus mati dengan cara yang amat hina, demi keselamatan kita, agar kita jangan dihakimi oleh Allah.

    Akibat penyaliban demi pendamaian itu, maka Allah sangat meninggikan Dia, dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi, dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan,"bagi kemuliaan Allah, Bapa!.

    Ke-Tuhan-an Kristus dinyatakan juga dalam Roma 10:9; 1 Korintus 12:3. In calling Jesus "Lord", they, the Philippians, had acknowledged that He was Supreme!.
    Memiliki semua, Ia menjadi hamba, tidak memiliki apapun. Kebesaran pengorbanan-Nya, pengosongan diri-Nya, kepatuhan tanpa batas yang ditunjukkan-Nya kepada Bapa-Nya menyebabkan ia diakui (kembali) oleh Bapa-Nya sebagai Tuhan.

    Yang ditunjukkan Kristus adalah Complete Unselfishness, Tidak Mementingkan Diri-Nya secara Lengkap. Bagaimana dengan Pementingan Diri kita? Juga sebagai Suami dan Istri Pelayan Tuhan? Rasul Paulus katakan bahwa hal itu tak sepadan dengan percaya kita kepada Kristus yang telah melakukan ketataatan yang amat hebat dan sebagai akibatnya memperoleh kedudukan yang amat mulia.

    Gambaran puitis itulah yang digunakan oleh Rasul Paulus bagi pembangunan Kesatuan Jemaat dan bagi kita,kesatuan juga Suami dan Istri Pelayan Tuhan.  

    Marilah kita juga mengaku Yesus Kristus adalah Tuhan, bagi kemuliaan Allah, Bapa!. Mari kita laksanakan teladan-Nya bagi pembangunan satu Jemaat dan Gereja yang Satu itu. Juga bagi suatu Dunia yang Angkuh dan Suka Merendahkan dan akhirnya Tidak Adil dan jauh dari Sejahtera.
Amin.





Arsip :

Arsip ..


About Me:

Nama saya Hallie Jonathans. Saya lahir di Depok, pada tanggal 6 Juni 1945.

Setelah tamat STT Jakarta, saya berkecimpung dalam pelbagai kegiatan oikoumenis dan beberapa kegiatan kemasyarakatan. Kegiatan kegerejaan dilakukan secara penuh dalam sebagian besar level pekerjaan gerejawi.

Saya adalah Pendeta Emeritus GPIB, 01 Juli 2010 serta menjabat sebagai Ketua Badan Penasihat Gereja Preotestan di Indonesia (2010-2015).

Nama istri saya: Inneke Jonathans-Huwae. Saya lebih berorientasi ke depan, oleh sebab itu saya terfokus untuk berbagi dalam perkara hari ini dan hari esok.

Terpujilah Tuhan Yesus Kristus.